
Jakarta, 1 Juli 2025 – Universitas Indonesia (UI) kembali menjadi sorotan publik setelah sejumlah siswa dari sekolah-sekolah favorit di Jakarta, Bandung, dan Surabaya tidak lolos seleksi Jalur PPKB (Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar). Polemik ini mencuat di media sosial dan forum orang tua murid, mempertanyakan transparansi dan keadilan proses seleksi prestasi yang digadang-gadang sebagai jalur non-tes akademik utama untuk masuk UI.
Menanggapi kegaduhan tersebut, Rektor UI, Prof. Dr. Ari Kuncoro, akhirnya angkat bicara dalam konferensi pers terbatas di Kampus UI Depok.
🎓 Apa Itu Jalur PPKB UI?
Jalur PPKB adalah mekanisme seleksi masuk UI tanpa tes tulis yang berbasis rekam jejak akademik siswa selama di sekolah, dengan mempertimbangkan prestasi, keterwakilan daerah, dan indeks sekolah. Jalur ini dibuka khusus untuk program Sarjana Paralel dan Vokasi.
Faktor seleksi PPKB meliputi:
-
Nilai rapor semester 1–5
-
Konsistensi dan tren nilai akademik
-
Akreditasi dan indeks sekolah
-
Prestasi non-akademik (opsional)
-
Pemerataan akses dari berbagai wilayah di Indonesia
🗣️ Penjelasan Rektor UI: Seleksi Tidak Sekadar Berdasarkan Nama Sekolah
Rektor UI menegaskan bahwa nama besar sekolah tidak menjamin kelulusan jika tidak diikuti performa akademik individual yang konsisten dan sesuai dengan ketentuan sistem internal UI.
“PPKB adalah seleksi berbasis merit dan data. Tidak ada kuota istimewa untuk sekolah tertentu, termasuk yang berlabel favorit sekalipun,” ujar Prof. Ari.
Ia menambahkan, sistem seleksi menggunakan algoritma penilaian terstandar dan independen dari panitia seleksi. Setiap berkas dievaluasi berdasarkan profil akademik siswa, bukan hanya latar belakang institusinya.
🧮 Indeks Sekolah dan Variasi Wilayah: Salah Satu Faktor Penentu
Faktor lain yang disoroti adalah pemerataan wilayah, yang menjadi bagian penting dalam filosofi PPKB. UI menyatakan bahwa mereka juga mempertimbangkan representasi siswa dari sekolah-sekolah di daerah 3T (terluar, tertinggal, terdepan) agar tidak terpusat di sekolah urban tertentu.
“Kalau dari satu sekolah masuk terlalu banyak, itu tidak sesuai prinsip persebaran kami. Ini adalah bentuk afirmasi, bukan diskriminasi,” tegas Rektor.
💬 Respons dari Sekolah dan Orang Tua
Sejumlah kepala sekolah menyatakan kekecewaannya dan meminta agar sistem PPKB lebih transparan. Salah satu guru BK di SMA Negeri favorit Jakarta mengatakan:
“Siswa kami yang tak lolos justru punya nilai bagus dan prestasi nasional. Kami berharap UI memberi feedback konkret.”
Sementara itu, di media sosial, banyak orang tua menyuarakan kebingungan dan spekulasi mengenai adanya faktor “di luar nilai akademik” yang memengaruhi seleksi.
📌 Langkah UI ke Depan: Evaluasi dan Penguatan Literasi Seleksi
Menjawab tuntutan transparansi, UI menyatakan akan memperkuat sosialisasi sistem seleksi jalur PPKB, termasuk menyusun panduan teknis penilaian untuk disampaikan ke sekolah-sekolah pengirim siswa.
Selain itu, UI membuka layanan klarifikasi dan konsultasi bagi sekolah yang ingin memahami mengapa siswanya tidak lolos. Namun, rektor menegaskan tidak akan membuka nilai komparatif antarsiswa karena menjaga kerahasiaan dan etika seleksi.
✅ Kesimpulan
Polemik kelulusan PPKB UI menyoroti titik sensitif antara ekspektasi sosial terhadap label “sekolah favorit” dan prinsip meritokrasi individu. Universitas Indonesia menegaskan seleksi dilakukan adil dan berbasis data, tanpa pandang bulu. Tantangan ke depan adalah meningkatkan transparansi dan literasi publik terhadap proses seleksi masuk PTN, agar harapan bisa dikelola secara realistis dan adil.