Hubungan antara Amerika Serikat dan Iran berada di ambang konflik terbuka setelah serangkaian serangan udara AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni, yang memicu balasan rudal Iran dan langkah diplomatik yang rapuh.
1. Serangan Udara AS (Operasi Midnight Hammer)
Pada 22 Juni, militer AS melancarkan serangan terarah menggunakan GBU-57 bunker-buster di fasilitas Natanz, Fordow, dan Isfahan, yang diklaim dapat menghancurkan infrastruktur nuklir bawah tanah Iran aljazeera.com+5en.wikipedia.org+5understandingwar.org+5. Presiden Trump menyatakan serangan tersebut “menghancurkan total,” namun penilaian intelijen awal menyebutkan efeknya hanya menunda program nuklir Iran selama beberapa bulan .
2. Balasan Iran dan gencatan senjata rapuh
Iran menanggapi dengan meluncurkan 14 rudal ke Al Udeid Air Base di Qatar pada 23 Juni. Sebagian besar berhasil dijatuhkan, dan tidak ada korban jiwa en.wikipedia.org+1nypost.com+1. Trump kemudian menyatakan tidak akan melanjutkan serangan, memilih jalur “de-eskalasi” dengan meresmikan gencatan senjata di wilayah Iran–Israel .
3. Dampak regional dan global
-
Iran sempat mengancam akan menutup Selat Hormuz—jalur vital ekspor minyak—meski hingga kini belum terealisasi en.wikipedia.org.
-
Reservasi diplomatik meningkat; beberapa negara menarik personel non-esensial dari Kedutaan AS di kawasan .
-
Reaksi dunia beragam: Rusia, China, Saudi, Oman, dan Irak menyuarakan kecaman; Hezbollah, Houthi, dan Kuwait juga memperingatkan potensi eskalasi .
4. Situasi Iran saat ini
-
Memasuki fase rekonstruksi: Natanz mulai diperbaiki, tetapi dampak berat pada fasilitas pèrometalisasi Uranium dicatat oleh ISW .
-
Kekuatan politik Iran mengalami gesekan: faksi moderat mengupayakan pendekatan diplomasi, sementara faksi hardliner mendesak reaksi keras .
-
Iran melaporkan sekitar 935 korban jiwa dalam serangan Israel–Iran selama 12 hari konflik timesofisrael.com.
5. Skenario ke depan
-
Amerika dan Israel siap melanjutkan serangan jika Iran membangun kembali program nuklirnya understandingwar.org.
-
Anjloknya harga minyak dan reli pasar global menjadi indikator harapan de-eskalasi, namun para analis memperingatkan risiko baru terhadap stabilitas regional .
Kesimpulan:
-
Konflik memasuki fase sensitif: eskalasi militer telah berhenti, tetapi kondisi di lapangan tetap rapuh.
-
Diplomasi kembali menjadi sorotan—izin gencatan senjata tipis melatarbelakangi tawaran negosiasi nuklir antara AS dan Iran.
-
Wilayah Teluk dan jalur selat strategis tetap menjadi titik rawan terhadap risiko konflik lebih luas.