
Jakarta, 15 Juli 2025 – Federasi Panjat Tebing Dunia atau International Federation of Sport Climbing (IFSC) secara resmi mengumumkan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia Panjat Tebing 2026, menjadikannya negara Asia Tenggara pertama yang menyelenggarakan ajang tertinggi dalam dunia panjat tebing internasional.
Acara tersebut rencananya akan digelar di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, dengan pembangunan venue berstandar Olimpiade yang kini sudah mencapai 70% penyelesaian. Indonesia mengalahkan kandidat kuat lainnya seperti Korea Selatan dan Austria dalam bidding yang berlangsung di Lausanne, Swiss, bulan lalu.
Momentum Kebangkitan Olahraga Panjat Tebing Indonesia
Indonesia memang bukan pemain baru di dunia panjat tebing. Dalam lima tahun terakhir, atlet-atlet Tanah Air seperti Veddriq Leonardo, Aries Susanti Rahayu, dan Rahmad Adi Mulyono telah menorehkan prestasi kelas dunia. Indonesia dikenal sebagai kekuatan dominan di kategori speed climbing, dengan pemecahan rekor dunia berkali-kali oleh atlet nasional.
Presiden IFSC, Marco Scolaris, dalam konferensi pers daring mengatakan bahwa keputusan memilih Indonesia bukan hanya karena prestasi atletnya, tetapi juga karena kesiapan infrastruktur dan komitmen pemerintah terhadap olahraga ekstrem berbasis alam ini.
“Indonesia memiliki komunitas panjat tebing yang aktif, lokasi geografis yang unik, dan semangat luar biasa dalam mengembangkan olahraga ini. Kami percaya Kejuaraan Dunia 2026 akan menjadi salah satu yang paling berkesan dalam sejarah IFSC,” ungkap Marco.
Pembangunan Venue Berkelanjutan di IKN
Venue utama yang dinamai “Nusantara Climbing Arena” sedang dibangun di kawasan olahraga terpadu IKN. Dengan konsep green sports facility, arena ini akan menggabungkan teknologi pendinginan pasif, pencahayaan alami, dan panel surya sebagai sumber energi utama.
Kepala Otorita IKN, Bambang Susantono, menjelaskan bahwa arena ini akan menjadi warisan jangka panjang bagi atlet dan masyarakat.
“Kami ingin tempat ini menjadi pusat pelatihan panjat tebing terbaik di Asia, yang tidak hanya digunakan untuk kompetisi tetapi juga untuk pembinaan, edukasi, dan wisata olahraga,” ujarnya.
Target Medali dan Regenerasi Atlet
Menjadi tuan rumah, Indonesia punya ambisi besar untuk menyapu medali emas di nomor speed putra dan putri. Untuk itu, FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) tengah mempersiapkan regenerasi atlet muda melalui pemusatan latihan nasional yang dimulai awal 2025.
Salah satu talenta yang digadang-gadang sebagai “The Next Veddriq” adalah Farhan Rasyid (18 tahun) dari Makassar, yang mencetak waktu 5,12 detik dalam kejuaraan Asia 2024. Untuk kategori putri, nama Raisa Anggraeni (17 tahun) dari Purwokerto juga mulai mencuat setelah menjuarai PON Remaja 2024.
Pelatih kepala timnas, Hendra Basir, mengungkapkan bahwa 2025 adalah tahun krusial untuk peningkatan mental dan teknik atlet.
“Kami tak hanya berlatih teknik, tapi juga aspek nutrisi, psikologi, dan manajemen performa. Menjadi tuan rumah adalah kehormatan, tapi juga tantangan besar,” katanya.
Efek Ekonomi dan Wisata Olahraga
Pemerintah memperkirakan bahwa event Kejuaraan Dunia ini akan menarik lebih dari 25.000 wisatawan mancanegara, dengan potensi kontribusi terhadap perekonomian IKN senilai Rp750 miliar, baik melalui sektor perhotelan, transportasi, kuliner, maupun UMKM olahraga.
Pariwisata berbasis olahraga atau sport tourism pun didorong, dengan promosi panjat tebing alam di Bukit Bangkirai, Gunung Batu Samarinda, dan Tebing Beriun, sebagai bagian dari tur paket bagi penonton asing dan atlet.
Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Dito Ariotedjo, menekankan pentingnya momentum ini bagi promosi IKN secara global.
“Panjat tebing adalah olahraga masa depan. Kita tidak hanya ingin menjadi juara di medan pertandingan, tapi juga menjadi pelopor tata kelola olahraga berkelanjutan,” tegasnya.
Penutup: Jalan Menuju Puncak Dunia
Dengan semangat, fasilitas, dan talenta muda yang dimiliki, Indonesia siap membuktikan diri sebagai kekuatan panjat tebing global. Kejuaraan Dunia IFSC 2026 di IKN bukan sekadar kompetisi, melainkan simbol dari puncak baru prestasi olahraga Indonesia yang ingin ditaklukkan bersama.
Dari dinding buatan di stadion modern hingga tebing-tebing alam Kalimantan, Indonesia memanjat menuju puncak kehormatan dunia.