
Tanggal: 5 Juli 2025
Flores, NTT — Event balap sepeda tahunan Tour de Flores 2025 resmi dibuka pada Rabu (3/7) di Larantuka dengan sambutan meriah dari masyarakat lokal dan para pebalap internasional. Tahun ini, panitia menghadirkan rute baru sepanjang 780 kilometer yang tidak hanya lebih menantang dari sisi teknis, tetapi juga menyuguhkan panorama alam Flores yang memesona.
Rute Ekstrem dan Eksotis: Dari Gunung ke Laut
Tour de Flores tahun ini terdiri dari 6 etape, dimulai dari Larantuka di ujung timur Flores dan berakhir di Labuan Bajo di barat. Jalur ini membawa pebalap melewati pegunungan, lembah curam, hutan tropis, desa adat, hingga pantai biru yang membentang di utara dan selatan pulau.
Etape paling menantang berada di jalur Bajawa–Ruteng, di mana para pebalap harus menghadapi tanjakan 1.300 meter dengan sudut kemiringan hingga 18%. Ini disebut-sebut sebagai tanjakan tersulit sepanjang sejarah Tour de Flores.
“Saya sudah ikut berbagai lomba di Asia, tapi ini pertama kalinya saya merasa seperti bersepeda di surga. Jalurnya berat, tapi pemandangannya luar biasa,” ujar Yannick Muller, atlet sepeda dari Swiss yang baru pertama kali ke Indonesia.
Partisipasi Meningkat: 21 Negara, 118 Pebalap
Tahun ini, Tour de Flores diikuti oleh 118 pebalap dari 21 negara, termasuk tim profesional dari Prancis, Jepang, Australia, Iran, Malaysia, dan tentunya Indonesia. Ajang ini juga menjadi salah satu agenda resmi UCI Asia Tour 2025, memperkuat posisinya sebagai salah satu balap sepeda bergengsi di kawasan Asia Tenggara.
Menurut Ketua Panitia, Ronald Petrus, format baru Tour de Flores bertujuan bukan hanya meningkatkan standar kompetisi, tetapi juga menggabungkan olahraga dengan promosi pariwisata.
“Kami ingin memperkenalkan keindahan Flores bukan hanya lewat brosur, tapi lewat pedal dan peluh para atlet dunia. Inilah sport tourism dalam arti sebenarnya,” ungkapnya.
Dampak Ekonomi dan Sosial di Daerah
Tour de Flores terbukti membawa dampak positif bagi ekonomi lokal. Hotel dan homestay di sepanjang rute mencatat tingkat hunian hampir 100%. UMKM lokal seperti penjual kain tenun, makanan khas, dan kerajinan tangan ikut mengalami lonjakan permintaan.
“Selama event ini, penjualan kopi Bajawa saya naik dua kali lipat,” ujar Wulan, pedagang kopi di terminal wisata Aimere.
Di sisi sosial, warga lokal aktif mendukung acara dengan menyediakan relawan, petunjuk jalan, dan pertunjukan budaya di setiap titik finish. Anak-anak sekolah menari, paduan suara gereja tampil, dan komunitas adat membuka rumah mereka bagi turis dan kru tim internasional.
Dukungan Pemerintah dan Harapan Masa Depan
Kementerian Pemuda dan Olahraga bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terus mendukung event ini sebagai simbol dari integrasi olahraga dan pariwisata. Bahkan direncanakan pada 2026 mendatang, Tour de Flores akan terhubung dengan rute maraton internasional dan off-road triathlon di Pulau Komodo.
“Flores bisa menjadi ikon sport tourism Indonesia seperti Tour de France di Eropa. Kita punya potensi dan sekarang tinggal membangun sistem yang berkelanjutan,” ujar Menteri Pariwisata Sandiaga Uno saat menghadiri pembukaan etape kedua.
Kesimpulan:
Tour de Flores 2025 membuktikan bahwa event olahraga dapat menjadi jembatan untuk memperkenalkan potensi daerah secara global. Rute yang indah, tantangan ekstrem, dan sambutan budaya lokal menjadikan ajang ini sebagai salah satu event balap sepeda paling menarik di Asia tahun ini — dan mungkin dunia.